Jumat, 31 Desember 2010

Happy New Year 2011



Selamat Tahun Baru 2011...
Gak terasa kita mau menapaki tahun yang baru lagi...awal yang baru, harapan yang baru, masa depan yang baru. Semoga kedepan kita hidup lebih baik lagi. Menjadi berkat buat sesama dan memuliakan nama Tuhan Yesus.

Sudah setahun lagi Goresan Pena menemani hari-hari saudara dengan tulisan-tulisan yang inspiratif, harapannya Goresan Pena dapat terus maju dalam pelayanan penulisan artikel , sehingga karya-karya tulisan tersebut dapat menjadi kekuatan dan penghiburan dikala saudara lemah, putus asa, sedih, bingung ataupun semangat , gembira, bahagia, energik. Dalam kondisi apapun semoga tulisan-tulisan yang ada pada Goresan Pena ini bermanfaat bagi pertumbuhan karakter dan iman saudara didalam Yesus Kristus.

Di akhir tahun 2010 ini , Goresan Pena mengucapkan terima kasih atas kesetiaan pembaca, semoga Goresan Pena dapat selalu menjadi teman yang setia buat pembaca. Tak lupa ucapan syukur pada Tuhan kita Yesus Kristus atas penyertaanNya sepanjang tahun ini.

Haleluya..Amin

Jumat, 10 Desember 2010

Asal usul lagu "Silent Night"



Langit dilereng pengunungan Alpen, Austria, terlihat cerah. Joseph Mohr berjalan menelusuri jalan setapak, usai menonton pertunjukan drama Natal yang dipentaskan oleh sekelompok aktivis gereja. Sebenarnya drama itu akan dipentaskan di gereja St. Nicholas, tetapi karena organ gereja rusak, maka pentas itu dialihkan kerumah salah satu jemaat.

Ketika sampai dipuncak bukit, Mohr berhenti sejenak untuk melihat pemandangan dibawahnya. Dia begitu terpesona pada kerlap-kerlip lampu-lampu yang memancar dari dalam rumah penduduk. Suasana sangat sunyi dan teduh. Hal itu membuat Mohr membayangkan suasana malam ketika Yesus lahir dikandang Betlehem. “Malam sunyi senyap! Malam kudus!”. Kata-kata itulah yang tiba-tiba terlintas dibenak Mohr.

Sesampai dirumahnya, Mohr segera mengambil pena dan kertas untuk menuliskan baris-baris puisi yang meluap dari hatinya. Setelah itu, Mohr berencana menyanyikan syair gubahannya tersebut pada malam kebaktian Natal digerejanya pada tahun 1818. Mohr segera menemui Franz Xaver Gruber, seorang guru dan pemain organ gereja. Pada hari itu juga, Gruber bisa merampungkan melodi untuk syair gubahan Mohr. Maka jadilah lagu “ Malam Kudus” (Silent Night). Lagu yang masih gres itu menyentuh hati jemaat yang datang beribadah.

Meski terbilang sukses, namun mereka tidak pernah punya niat untuk menyebarkan lagu itu ke luar desa. Seminggu kemudian, Karl Maurachen, tukang servis organ kenamaan dari Zillerthal datang untuk memperbaiki alat musik di gereja itu. Ketika sudah beres, Gruber dipersilakan mencoba memainkan organ itu. Pada kesempatan itu, Gruber memainkan lagu yang baru diciptakan Mohr. Maurachen sangat terkesan mendengar lagu itu, dan ia meminta salinan komposisi lagu itu dan membawanya pulang.

Ditangan Maurachen, lagu itu mulai menyebar dan menjadi lagu popular bagi rakyat di wilayah Tylor. Lagu “ Malam Kudus” menjadi semakin popular ketika kuartet Strasser –empat wanita bersaudara, berkeliling menyanyikan lagu tersebut di seluruh Austria. Tahun 1838 lagu ini sempat dikenal di Jerman sebagai “lagu tidak jelas asal usulnya”. Saat ini, lagu “Malam kudus” telah menjadi “lagu wajib” pada setiap perayaan natal diseluruh dunia.

Sumber : Basilea News

Minggu, 05 Desember 2010

Jehovah Jireh

Persekutuan membawa berkat



Begitu bangun pagi, Yanto Kambu (26) sudah harus bersiap-siap kerja. Jarak dari kos di kawasan Pasar Minggu ke kantornya di sebuah perusahaan gas dan minyak yang berkantor pusat di Jalan T.B. Simatupang, Jakarta Selatan, memang hanya sekitar 300 meter. Namun Yanto sudah harus berada di kantor sebelum seluruh aktifitas kantor dimulai tepat pukul 7 pagi.

Ia berjalan kaki ke kantor. Sesampainya di kantor, Yanto tetap harus rapi dan wangi. Maklumlah, sebagai seorang Exploration Geoscientist di kantornya, Yanto perlu menyesuaikan diri. penampilan harus selalu diperhatikan. Apalagi ia harus berinteraksi dengan berbagai orang dari berbagai latar belakang. Ini penting, meski ia tidak bekerja di lapangan seperti rekan-rekannya yang mengebor sumur minyak atau gas atau melakukan kerja teknis lapangan sejenis itu. Kerjanya di belakang meja.

Setiap pagi, sebelum melakukan pekerjaan utamanya, Yanto harus mengecek jadwal kegiatan hariannya terlebih dulu. Jika hari itu ada meeting maka ia harus membuat laporan berupa slide-slide untuk presentasi. Jika tidak, Yanto akan lebih banyak bergelut dengan komputer, data, dan browsing internet untuk meramu informasi geologi dan geofisika menjadi database. Datanya berasal dari temanteman yang melakukan observasi ke lokasi pengeboran (drilling).

Selaku seorang ‘ilmuwan di balik meja’ lulusan Teknik Geologi, Universitas Padjajaran Bandung, lajang kelahiran Fak-Fak Papua inilah yang akan menelaah dan mengelola data hasil observasi ditambah hasil browsing dan menjadikannya database serta informasi perusahaan untuk mengetahui daerah potensial mana saja yang mengandung minyak dan gas yang bagus.

Kerja di balik meja, apa sih tantangannya? Walau masuk jam 7 pagi dan pulang jam 5 sore, tetap saja susah mengatur waktu untuk mengelola database besar untuk proyek-proyek yang berbeda lokasi. Kadang dua proyek hanya dikerjakan oleh satu orang sepertinya, sehingga pekerjaannya membutuhkan fokus tinggi. Mirip wartawan yang dikejar deadline cetak, dalam tempo singkat harus membuat data akurat untuk meminimalisir kesalahan di lapangan. Padahal kadang dalam waktu bersamaan, proyek berbeda meminta data yang berbeda pula.

Tantangan lain bekerja di perusahaan asing adalah kerap menemui rekan atau leader yang berbeda budaya. “Ada teman bule yang pintar tetapi terlalu banyak omong. Sebagai teman bertukar ilmu cukup menyenangkan, tetapi kalau terlalu dicerewetin, sebel juga sih,” tuturnya.

Baru 15 bulan bekerja di sana, jemaat GPI Jalan Suci Jakarta ini sudah dapat beradaptasi dengan baik. Ini pun berkat adanya persekutuan doa dengan teman-teman satu departemen yang beragama nasrani. Setiap sore setelah usai jam kantor, 5-7 orang berkumpul untuk sharing. “Sangat bermanfaat. Saya merasakan betul dampaknya. Khususnya dalam pekerjaan,” katanya.

Tadinya sharing bersama ini dilakukan setiap pagi sebelum kerja. Berhubung waktunya tak bisa lebih bebas karena harus on time bekerja ditambah kesibukan masing-masing anggota yang berbeda, maka diganti menjadi sore hari. Tiap sore sebelum pulang, Yanto harus membuat jadwal apa yang akan dilakukannya keesokan paginya. Kerja yang rapi.

Pernah dalam waktu enam bulan, departemennya berganti kepemimpinan. Format kerja dari pemimpin sebelumnya diganti oleh pemimpin baru. Mengikuti ritme kerja pemimpin baru dengan proyek-proyek berbeda yang berjalan bersamaan adalah tantangan berat. Berkat sharing diantara personil kelompok kecil ini, bebannya pun terangkat. Yanto jauh lebih lega dan siap menghadapi tantangan baru.

Sumber: Renungan Pagi, November 2010

Surat untuk Bapa



Salam Sejahtera ..
Bapaku yang di Sorga, hari ini aku memutuskan untuk menulis sebuah surat pada-Mu. Aku tahu sesungguhnya jarakku dengan Engkau hanya sebatas doa. Melalui doa aku bisa menyampaikan hal apapun kepada-Mu. Tapi kali ini aku rindu untuk melakukannya melalui tulisan, dan aku percaya tulisanku ini tetap sampai pada alamat-Mu.
Kau tahu, Bapa, bagaimana perasaanku saat menulis surat ini untuk-Mu? Aku merasakan kesukacitaan didalamnya. Aku mengasihi Engkau, Bapa, karena Engkau mau mengangkatku sebagai anak-Mu, yang Kau pandang berharga dan mulia. Kau bahkan jadikanku biji mata-Mu. Betapa bahagianya aku, Bapa.
Bapa yang baik, orang-orang bertanya seperti apa kasih Engkau padaku? Dengan apa aku bisa mendeskripsikannya, Bapa. Andai mereka memanggil Engkau Bapa, aku yakin mereka pun akan tahu seperti apa kasih-Mu pada diri mereka. Selama ini aku selalu memberitahu mereka bahwa Engkau Bapa yang tidak pernah meninggalkanku, yang setia menjaga dan memeliharaku, melindungiku dan memperhatikanku.
Bapa, oleh karena kasih-Mu, aku dapat belajar lebih menghargai orang lain. Aku menjadi lebih tahu membangun hubungan dengan orang-orang disekelilingku, mulai dari keluargaku, teman-temanku, dan masyarakat. Hal indah ini tidak mungkin dapat kualami jika aku belum mengenal kasih-Mu, Bapa.
Oya, Bapa, aku mau mengucapkan rasa syukurku dan ucapan terima kasihku karena Engkau telah menarikku kepada Tuhan Yesus Kristus. Tuhan Yesus sungguh dasyat, Bapa. Aku masih ingat ketika aku menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat, yaitu tanggal 26 Oktober 2005. aku merasakan kedamaian dan sukacita yang sungguh luar biasa.
Sukacita yang meluap, Bapa. Oh..Aku ingin sekali kembali merasakannya. Memang sekarang aku tetap memiliki kedamaian dan sukacita itu ditengah-tengah persoalan dan masalah. Namun sukacita sewaktu aku menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat melebihi sukacitaku yang sekarang. Sungguh tiada terkatakan dasyatnya.
Bapa, aku bersyukur sekali telah mengalami perjumpaan dengan Yesus. Benar sekali, Bapa, apa yang ditulis dalam firman-Mu Matius 13: 45-46 “ Demikian pula hal Kerajaan Sorga itu seumpama seorang pedagang yang mencari mutiara yang indah. Setelah ditemukannya mutiara yang sangat berharga, ia pun pergi menjual seluruh miliknya lalu membeli mutiara itu.”. Dan Yesus melebihi mutiara itu. Sungguh aku tidak dapat membayangkan bagaimana hidup di Sorga nanti bersama-sama dengan Yesus Kristus. Itu pasti melebihi dengan apa yang pernah kurasakan.
Bapa, aku sedang merenungkan betapa berbedanya kerajaan dunia dengan Kerajaan Sorga. Di dunia ini banyak masalah dan persoalan hidup, pencobaan-pencobaan terus silih berganti. Sampai terkadang rasanya ingin menyerah saja, Bapa. Betapa sengsaranya hidup didunia ini.
Harga-harga terus melambung tinggi, kemiskinan dan kelaparan terjadi dimana-mana,bahkan alam pun ikut bereaksi. Ketakutan, kekhawatiran, kebimbangan, ketidakpastian melanda setiap insan duniawi. Ada tangisan, jeritan, keluhan setiap hari bahkan setiap waktu. Entah kapan semua ini berakhir. Tapi ada satu hal bagiku, pengharapan akan kedatangan Tuhan Yesus kedua kalinya diatas awan-awan. Itulah merupakan penghiburan buat kami. Segeralah datang , Tuhan Yesus.
Tidak lupa juga Bapa, aku mau mengucap syukur kepada Roh Kudus atas penghiburan dan kekuatan yang telah Ia berikan kepada diriku selama hidup didunia ini dengan segala pencobaan-pencobaan yang ada. Andai bukan karena Roh Kudus, entah apa yang terjadi pada diriku ini. Aku pasti mengalami keputusasaan atas pengharapan dan jalan buntu dalam persoalan. Oleh karena Roh Kudus lah aku diberi kekuatan, pengharapan sekaligus penghiburan. Terima kasih Roh Kudus. Biarlah Engkau terus mau berdiam dihatiku, karena diriku adalah bait Allah yang hidup. Aku akan menjaga kekudusan sehingga Engkau pun betah tinggal didalam hatiku. Beri aku kekuatan dan kemampuan untuk melakukannya, Roh Kudus.
Bapa, aku bersukacita sekali dapat lebih mengenal dirimu, walaupun aku tahu aku tidak dapat dan tidak mampu mengenal-Mu sepenuhnya, karena keterbatasanku sebagai manusia, yang adalah ciptaan-Mu.
Sungguh besar kasih dan kuasa-Mu, Bapa, didalam hidupku. Sepanjang hidupku aku ingin terus mengenal diri-Mu, memuji-Mu, dan memuliakan-Mu.
Terpujilah Engkau, Bapa!
Terpujilah Engkau, Yesus!
Terpujilah Engkau, Roh Kudus!
Amin.
Bapa, didalam surat ini aku juga ingin menuliskan beberapa hal, misalnya mengenai impianku. Aku ingin menjadi seorang penulis yang sukses, Bapa. Seorang penulis yang mampu menghasilkan karya tulisan yang dapat menjadi inspirasi bagi diriku dan orang lain. Bapa, Engkau tahu kerinduan ku ini sudah sejak lama.
Aku senang menulis. Aku tidak tahu apakah menulis itu merupakan suatu karunia atau proses belajar. Tapi aku yakin untuk menjadi sesuatu haruslah melalui langkah pertama yaitu mencoba. Biarlah proses itu menjadi bagian dalam menuju suatu karunia. Bukankah begitu, Bapa?
Dan Bapa, untuk mendukung sarana penulisanku, aku membutuhkan sebuah laptop. Aku belum memilikinya, Bapa. Aku sediiih sekali. Dari dulu hingga sekarang aku ingin memiliki sebuah laptop, namun belum juga mendapatkannya. Dengan laptop aku bisa leluasa untuk menulis kapan pun dan dimanapun aku berada. Aku membutuhkannya, Bapa. Aku percaya suatu saat nanti aku pasti mendapatkannya.
Satu hal lagi, Bapa. Aku rindu seluruh anggota keluargaku menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat. Karena aku percaya keselamatan hanya ada pada Yesus Kristus. Saat ini adik laki-lakiku dan keluarganya belum menerima Yesus. Aku rindu, Bapa, mereka juga diselamatkan dari hukuman kekal. Biarlah mereka memperolah kasih karunia-Mu, sehingga mereka diselamatkan dan menjadi anak-anak Allah. Aku akan terus mendoakan mereka, Bapa. Dan kiranya Engkau, Bapa, mau mendengarkan dan menjawab doaku ini. Aku rindu kami sekeluarga besar diangkat menyongsong Yesus diawan-awan dan masuk dalam perjamuan kawin Anak Domba. Aku rindu kami sekeluarga besar tinggal bersama Yesus Kristus disurga dan hidup kekal. Itulah kerinduanku, Bapa. Satu orang diselamatkan, seisi keluarga akan diselamatkan. Satu orang diselamatkan, seisi Surga bersorak-sorai!
Bapa, aku punya puisi yang indah buat Tuhan Yesus. Sebenarnya ini adalah lirik lagu yang kubuat untuk Tuhan Yesus sebagai rasa syukurku. Tapi karena aku belum mendapatkan nada ritmenya, biarlah karya ini menjadi puisi yang indah.

Kasih Yesus
Kasih Yesus bukan sembarang kasih
Cinta Yesus bukan sembarang cinta
Tapi kasih Yesus sanggup memulihkan
Tiada kasih seperti kasih Yesus

Bukalah hatimu
Terimalah kasih Yesus
Kasih yang ajaib
Kasih yang sempurna

Yesus ajaib
Yesus dasyat
Yesus Tuhan Allahku
Bapa, akhir kata aku mau mengucap syukur atas segala hal yang Kau berikan padaku. Keluargaku, teman-temanku, pelayananku, pekerjaanku, orang-orang yang mengasihiku, hidupku, terima kasih, Bapa.Memanggil Engkau Bapa adalah anugerahku yang terbesar. Terima kasih Tuhan Yesus, atas pengorbanan-Mu diatas kayu salib. Kau layakkan kami untuk menjadi anak-anak Allah. Terima kasih Roh Kudus, atas penghiburan-Mu. Satu ayat penutup surat ini adalah Matius 13: 16 “ Tetapi berbahagialah matamu karena melihat dan telingamu karena mendengar. “ Amin.
Tuhan Yesus memberkati.
note : Diikutsertakan dalam lomba writing competition CIBfest 2009

Here I am to Worship (worship video w/ lyrics)