Kamis, 13 Januari 2011

Mengubah beban jadi sayap



Yesaya 40:31

“..tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah.”

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 13; Matius 13; Kejadian 25-26

Ada sebuah dongeng tentang bagaimana awalnya burung memiliki sayap. Mereka awalnya diciptakan tanpa sayap. Kemudian Tuhan membuat sayap dan berkata pada mereka, “Ayo, ambillah beban ini dan tanggunglah.”

Burung-burung itu memiliki bulu dan suara yang indah; mereka bisa menyanyi, dan bulu mereka berkilau tertimpa sinar matahari, tetapi mereka tidak dapat melayang di udara. Mereka awalnya ragu-ragu saat diperintahkan untuk mengambil beban yang diberikan pada mereka, namun mereka mentaati Tuhan dan menaruh beban itu di bahu mereka.

Untuk beberapa saat beban itu terasa berat dan sulit untuk ditanggung, tetapi kemudian, mereka bisa dengan mudah membawanya, mereka melipatnya di dekat hati mereka, lalu sayap itu dengan cepat menyatu dengan tubuh mereka, dan dalam waktu singkat, para burung itu mengetahui cara menggunakan sayap itu, dan mereka dibawa sayap itu terbang di udara – beban itu kini telah menjadi sayap mereka.

Ini hanyalah sebuah perumpamaan. Kita adalah burung-burung bersayap itu, dan kita diberi tugas untuk mengepakkan sayap rohani kita sehingga kita bisa terbang. Kita mungkin melihat beban itu berat, dan berusaha menyingkirkannya, tetapi jika kita mau menanggungnya dan menaruhnya di dekat hati kita, beban itu akan menjadi sayap yang akan membawa kita melambung tinggi di hadapan Tuhan.

Tidak ada beban yang jika kita dengan senang hati menanggungnya dengan kasih dalam hati kita, tidak akan menjadi berkat dalam hidup kita. Ingatlah bahwa Yesus pernah berkata, “Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Kupun ringan.” (Matius 11:29-30). (Ny. Charles Cowman/Stream in the Desert)

Pikullah kuk yang Tuhan beri, karena beban itu ringan dan membuat Anda bertumbuh menjadi semakin kuat.

Minggu, 02 Januari 2011

Empat Kunci memperolah Damai Sejahtera



Setiap orang dapat menjadi kaya, dapat berbuat baik, tapi sedikit orang merasakan damai sejahtera. Damai sejahtera tidak bisa diperjualbelikan. Kita bisa menutupi diri dengan berpura-pura sukacita, dan itu terlihat dari sikap dan raut wajah, tapi dalamnya hati siapa tahu. Semua orang mencari rasa damai dengan diri sendiri dan lingkungan, tetapi tidak ditemukan rahasianya. Orang-orang berkata bahwa jika ia kaya, maka hidupnya akan damai, tidak perlu kuatir makan, minum dan tempat tinggal. Tapi itu hanya bersifat sementara, karena damai yang sejati tidak bergantung pada hal-hal yang lahiriah. Ada 4 kunci memperoleh damai sejahtera yaitu :

  1. Sabarlah seorang terhadap yang lain

Ketika orang lain tidak percaya dengan apa yang kau kerjakan, bersikap sabarlah terhadap orang tersebut, waktu yang akan membuktikan dan menjawabnya. Anda tidak perlu berusaha memberi bukti pada mereka yang menyangsikanmu, tapi bersabarlah.

Ketika anda membuat keputusan yang salah, dan orang-orang mulai menyalahkan anda, anda tidak perlu memberi penjelasan yang panjang lebar untuk membenarkan diri anda, atau anda justru membenarkan apa yang mereka katakan, tapi bersikap sabarlah, maka hal itu akan membuat anda semakin dewasa, anda mendapatkan satu pembelajaran dari keputusan yang salah itu.

  1. Ampunilah seorang terhadap yang lain

Hidup dalam pengampunan Yesus Kristus adalah sebuah anugerah. Hidup dalam pengampunan terhadap sesama adalah pilihan. Setujukah anda akan hal ini? Ya, anda memiliki pilihan untuk mengampuni orang tersebut atau tidak. Saat anda memilih untuk mengampuni , hati anda akan merasakan damai. Namun jika anda tidak mengampuni, anda hidup dalam sutau kebencian dan dendam. Dan itu akan terus mengikat anda, mungkin anda tidak menyadari tapi “racun “itu terus merasuki hati dan pikiran anda. Anda tidak bisa tidur nyenyak karena anda merasa terintimidasi oleh pernyataan anda yang tidak mengampuni itu. Dan hilanglah damai sejahtera itu. Pilihan ada ditangan anda, dan pilihlah yang terbaik untuk hidup anda.

  1. Kasih sebagai mempersatukan dan menyempurnakan

Kasih yang sejati hanya ditemukan dalam Yesus Kristus. Ketika kita menerima kasih Yesus, limpahkanlah kasih itu pada orang lain, termasuk musuh anda. Kasih memang membuka setiap kesempatan untuk memulihkan diri. Kasih tidak hanya perlu diimani tapi dipresentasikan dalam sikap dan perbuatan kita. Biarkanlah orang lain merasakan kasih anda , karena kasih dapat mempersatukan hal-hal yang bertenatangan seperti beda pendapat, beda pandangan, dan lainnya. Kasih tidak menuntut persamaan derajat, persamaan kondisi, persamaan status dan tidak memandang waktu. Bagaimana dengan musuh anda? Musuh adalah bentuk kasih yang tertunda, artinya kita masih menutup diri kita dari kasih, dan membiarkan tembok pemisah itu menjulang tinggi sehingga kita tidak mempu lagi melihat kebutuhan kasih itu bagi musuh kita, atau sebaliknya. Namun ketika kita memberikan kasih itu , maka tembok itu akan runtuh perlahan-lahan. Setiap orang butuh kasih, termasuk musuh kita. Jadi daripada berlama-lama untuk membenci, lebih baik kita mulai memberi kasih pada musuh kita sehingga terciptanya damai dihati. Miliki sikap rendah hati satu sama lain untuk berbuat kasih. Mulailah lebih dahulu dari diri anda, karena Yesus sudah memberikan kasih itu pada anda. Kasih adalah anugerah, maka berbuatlah demikian juga halnya.

  1. Bersyukur

Yap, bersyukur adalah salah satu kunci damai sejahtera. Banyak orang tidak bisa mensyukuri hidup mereka. Mereka mencari dan terus mencari yang belum ada pada mereka, seperti harta benda. Mereka lupa mengucap syukur dan mungkin memandang ringan ucapan syukur itu. Mengucap syukur berarti kita berterima kasih pada Tuhan. Dan Tuhan tidak pernah merancangkan hal yang jahat , justru Tuhan memberikan rancangan yang damai sejahtera. Jadi tidak ada hal yang menghalangi kita untuk mengucap syukur pada Dia. Mengucap syukur berarti kita puas dengan keadaan diri kita, tahu keterbatasan kita, dan menyadari campur tangan Tuhan dalam hidup kita. Bersyukur adalah sikap yang positif yang kita pancarkan dalam diri kita. Anda ingin hidup dalam damai sejahtera? Ucapakanlah syukur atas hidup anda sekarang ini.

Jadi kunci damai sejatera bukanlah hal-hal yang lahiriah tapi mengenai sikap dan perbuatan kita. Damai sejahtera bukanlah perasaan yang mengambang, tapi kesadaran diri penuh akan keadaan hati kita dan jiwa kita. Sabar seorang terhadap yang lain, ampuni seorang terhadap yang lain, kasih yang mempersatukan, dan ucapan syukur, inilah yang menjadi acuan kita memperolah damai sejahtera itu. Tuhan Yesus memberkati.